RSS
Wecome to my Blog, enjoy reading :)

Sabtu, 22 Januari 2011

Bersyukur kepada Allah

. . . .

Syukur ?


Hanya 2 kata, tetapi banyak makna di dalamnya yang sering kita lupakan, astagfirullah..
Sifat manusia yang sering kali terulangi, di saat kita sedang senang, bahagia, mendapatkan sesuatu yang kita harapkan terkadang kita lupa dengan rasa syukur itu. Lain halnya ketika kita sedang sedih, sakit, banyak masalah dan apa yang kita inginkan tidak tercapai, kita selalu meminta pertolongan Allah dengan cucuran air mata yang tiada henti terus mengalir. Naudzubillah mindzalik.



Betapa zhalimnya manusia, bergelimang nikmat Allah tetapi tidak bersyukur kepada-Nya (Ibrahim: 34). Nikmat yang Allah berikan kepada manusia mencakup aspek lahir (zhaahirah) dan batin (baatinah) serta gabungan dari keduanya. Surat Ar-Rahman menyebutkan berbagai macam kenikmatan itu dan mengingatkan kepada manusia akan nikmat tersebut dengan berulang-ulang sebanyak 31 kali, “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”
Semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang seperti itu, Amiin..

Syukur tidak hanya sekedar ucapan Alhamdulillah saja. Allah ta'ala tidak berfirman kepada Nabi Dawud AS, "Ucapkan syukur kepada Allah", namun berfirman "Lakukan!". Ini berarti syukur tidak hanya sekedar ucapan tetapi juga dengan mengamalkan perintah Allah ta'ala dan menjauhi larangan-Nya. Jadi, syukur adalah realisasi ibadah itu sendiri. Ini tidak seperti dipahami sebagian besar orang bahwa syukur itu memuji Allah ta'ala dengan lidah.

Ada kisah tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Aisyah radhiyallahu anhu merasa heran dengan qiyamul lail Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau melakukannya hingga kedua kaki beliau bengkaka. Dengan nada takjub dan penuh tanda tanya, Aisyah berkata ."Engkau masih berbuat seperti ini padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa silammu dan dosa-dosamu pada masa mendatang.?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?" ( Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim ).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak memahami syukur sebatas pujian kepada Allah saja. Menurut beliau syukur ialah upaya seluruh organ tubuh untuk mengerjakan apa saja yang diridhai pemberi nikmat yaitu Allah SWT. Subhanallah begitu indah, tenang dan damainya Islam mendengar jawaban Rasulullah seperti itu.

Seseorang perlu ingat saat dirinya berada dalam kesesatan dan jahiliyah, lalu bagaimana Allah menyelamatkannya dari kegelapan pekat itu kepada cahaya yang terang. Ini seperti yang dilakukan UMar bin Khatab radhiyallahu anhu. Ia ingat saat dirinya berkubang dalam jahiliyah dan makan "Tuhannya" dari kurma. Ia pun tertawa ketika ingat masa lalunya yang "lucu" itu. Setelah menjadi kaya, orang muslim harus ingat bagaimana kondisi dirinya saat miskin. Ia mesti ingat hari-hari saat ia berada dalam ujian dan ruang geraknya dibatasi sebelum pindah ke tempat yang lain atau sebelum situasi beubah. Ia ingat bagaimana badai ujiian berlalu, lantas Allah menyelamatkannya dari badai itu.



Gambar yang membuat saya tersenyum, tenang, dan nyaman saat mebayangkannya.



Begitu tenangnya hidup ini jika dilandaskan rasa syukur yang tiada henti kepada-Nya.

karena Dialah, yang paling mengerti kita, lebih dari kita sendiri…

Dialah, yang paling menyayangi kita…

Dialah, yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita, sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya, dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…



* Menulis ini terinspirasi dari buku Taujih Ruhiyah karya Abdul Hamid Al-Bilali dan kisah penulis sendiri . . . . : D



Chevy Iskandar
 
Copyright 2009 me and physics Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Ezwpthemes